FF Ini udah pernah Lotus post di Wattpad jadi kalau misalkan kalian nemu cerita ini di Wattpad, kemungkinan itu Wattpad Lotus. Nah, btw buat yang mau di Follback Wattpadnya bisa Follow @whymoonchild ntar di follback kok
Cast :
-Min Yoonji (OC)
-Vernon Chwe (Seventeen)
"Kau harus meninggalkan Yoonji." Mata Vernon menatap mata Mingyu dalam. Menandakan keseriusan terpancar dari matanya.
"Apa salah Yoonji?" Mingyu balas menatap Vernon dengan tatapan yang lebih mengintimidasi.
Vernon mengusap wajah
dengan telapak tangan. Ia memalingkan wajahnya dari tatapan Intimidasi
Mingyu. Menarik nafas dalam, kemudian menghembuskannya. Lalu kembali
menatap Mingyu. "Yoonji bukan wanita baik." Akhirnya hanya kata itulah
yang mampu diucapkan Vernon. Sedangkan dikepalanya ribuan kata tidak
tersusun berdesak-desakan ingin keluar.
"Apa dia mengajakmu melakukan sesuatu?" Mingyu masih menatap Vernon dengan tatapan mengintimidasinya. Sebenarnya dia juga kebingungan dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu. Tapi pembawaannya yang tenang, menutupi kebingungannya.
Vernon tersenyum masam.
Ia menutup mata untuk menghindari tatapan Mingyu. "Tentu saja tidak." Ia
membuka mata. Lalu menunduk beberapa saat untuk berfikir. Dari samping,
siluetnya terlihat karena cahaya dari jendela besar di apartement
Mingyu. Siluet hidung macungnya adalah yang terindah, dari beberapa inci
lain lukisan Tuhan itu. Lukisan Tuhan itu bergerak, kini menunjukkan
siluet wajah Vernon dangan mulut terbuka, "Yoonji sebenarnya seorang..."
"Mingyu-ya!" Yoonji berada diambang pintu. Dress putih selutut melekat indah ditubuhnya. Satu tangannya menjinjing tas Chanel dengan warna senada. Dua orang yang membicarakannya kelabakan.
Vernon berdiri dari sofa putih dan berbalik untuk melihat keberadaan Yoonji. "Yoon.. Yoon.. Yoonji?" Saking kelabakannya, Vernon terbata-bata menyebut nama Yoonji.
"Sejak kapan kau disana?" Berbeda dengan Vernon, Mingyu hanya menoleh dan tetap tenang diposisinya.
"Sejak Vernon berkata kau harus meninggalkanku."
***
3 Mei 2017
VN (19) ditemukan tewas dalam keadaan mengenaskan dikamar apartementnya, Myeongdong, Distrik Jung, Seoul, pukul 09.00 AM KST. Diduga ia mengakhiri hidupnya sendiri dengan menyilet pergelangan tangannya hingga kehabisan darah. Belum diketahui apa alasan VN mengakhiri hidupnya...
Mingyu melipat koran itu, dan meletakkannya dimeja. Wajahnya datar namun sendu. Tangannya mengelus sofa yang ia duduki. Dua hari yang lalu, Vernon masih duduk disini. Tanpa seizin pemiliknya, air mata menetes membasahi pipi Mingyu. Ia menunduk. Perlahan tapi pasti, satu persatu air mata lolos disertai isakan tertahan dari mulut Mingyu yang tertutup.
Sebuah tangan lentik menghapus air mata Mingyu dengan lembut. Manik mata Mingyu beralih pada Yoonji yang kini berjongkok dibawah sofa untuk melihat wajah sendunya.Yoonji merapikan jas hitam Mingyu, kemudian mensejajarkan wajahnya dengan wajah Minggyu. Jari lentiknya sekali lagi menghapus airmata Mingyu yang tidak berhenti menetes. Karena Yoonji pun tidak bisa menahan tangisnya, ia memeluk Mingyu dan terisak dibahu Mingyu. Untuk waktu yang cukup lama, sebelum mereka pergi kerumah duka, sepasang kekasih yang kehilangan sahabat itu menangis sejadi-jadinya.
***
4 Juni 2017
"Apa kurangku, Mingyu-ya?!" Yoonji memumukul dadanya beberapa kali karena sesuatu didadalam sana terasa kebas. "Katakan! Kenapa kau lebih memilih jalang itu daripada aku?!" Yoongi terus menuntut jawaban Mingyu diantara isakan tangisnya.
"Maaf, Yoonji-ya." Plaakk!! Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Mingyu. Mingyu hanya diam, karena dia memang pantas menerimanya.
Yoonji mengusap air mata, tapi sesenggukannya masih belum hilang. Kaki jenjang beralaskan High hills 12cm itu melangkah keluar ruangan. Meninggalkan Siluet Mingyu yang berdiri diantara sofa putih apartementnya.
***
6 Juni 2017
Malam itu, seorang gadis bertubuh sintal duduk dikursi kamarnya dengan headset terpasang dikepala. Kepalanya menggeleng kekanan dan kiri menikmati musik yang diputar dari laptop yang berada diatas meja didepannya. Jari-jari tangannya dengan lincah menari-nari diatas keyboard, dan matanya tetap terfokus pada layar, seolah ia memiliki mata-mata lain diujung jari-jarinya. Gadis itu begidik saat hembusan angin menyentuh kulitnya yang hanya terbungkus gaun tidur. Ia menoleh kearah jendela, ia mengernyitkan dahi melihat jendela kamarnya terbuka. Ada suatu perasaan aneh yang ganjil, tapi dia mengabaikannya. Dia bangkit dan menutup jendela.
Bruukk!! Tubuhnya terhempas kekasur setelah seseorang menariknya dari belakang. Tubunya dikunci oleh orang dibelakangnya. Dia memberontak, tapi dia tidak cukup kuat. Dia ingin berteriak, tapi orang itu sudah menyumpal mulutnya dengan kain. Sebuah tangan lentik menunjukkan pisau dapur dihadapannya. Matanya terbelalak, dan dia gelagapan karena mulutnya disumpal dan hidungnya tidak dapat menghirup udara sebanyak yang ia butuhkan sekarang. Orang dibelakangnya terkekeh. Dia mendongak untuk melihat wajah si pelaku. Deg! Dia tidak begitu mengenalnya, tapi dia tahu siapa orang itu. Min Yoonji, mantan pacar kekasihnya.
"Mana tanganmu, jalang? Tunjukkan padaku." Suara Yoonji pelan, namun begitu menusuk ditelinganya. Dia mennyembunyikan tangannya diantara tubuhnya dan kasur. Air matanya menetes, ia menangis ketakutan.
"Ah, baiklah. Karena terakhir kali aku sudah melakukannya dipergelangan tangan, sekarang aku akan melakukannya dii..." Yoonji mengusapkan ujung pisaunya dileher gadis itu. Darah segar mengalir, menunjukkan bahwa pisau dapur itu benar-benar tajam. "...leher." Yoonji terkekeh. Sedangkan gadis itu hanya bisa terisak tanpa bersuara.
Tanpa aba-aba Yoonji menggesekkan pisaunya pada leher gadis itu. Darah muncrat disana-sini. Tubuh gadis itu kejang-kejang dan matanya terbelalak. Tapi Yoonji bukanlah orang berperi kemanusiaan tinggi, ia terus mengadu pisaunya dengan leher si gadis. Tubuh gadis itu mengejang hebat. Yoonji mengalihkan tanggannya yang digunakan menyupal mulut gadis itu, untuk menahan tubuh si gadis. Sehingga suara sesenggukan kejang gadis itu terdengar. Yoonji merasa telinganya bising karena suara yang dihasilkan gadis itu.
Akhirnya Yoonji berhenti menggesekkan pisau dapur dengan leher gadis bertubuh sintal. Ia melempar asal pisau dan gadis itu diatas ranjang. Kemudian melangkah menuju kursi yang tadi diduduki si gadis. Ia duduk dengan nyaman disana, mengambil headset lalu mendengarkan musik yang masih terputar. Kepalanya menggeleng kekanan dan kekiri menikmati lagu. Sedangkan gadis dibelakangnya mengejang dengan tangan memegangi leher yang terus mengeluarkan darah segar.
-FIN-