Who Am I?
Cast :
- Lisa (Blackpink)
- Jungkook (BTS)
-Lisa-
Aku menatap wajah seseorang
dihadapanku, sebuah jerawat yang cukup besar bertengger di pipi kirinya. Kulit
wajahnya kusam, dan kantung mata hitam-nya bahkan punya kantung mata. Aku
mengepalkan tangan lalu mengarahkannya pada wajah orang itu. Aaww! Tanganku!
Tanganku terasa sakit karena pukulan itu, sempat aku berfikir jika jari-jariku
akan terlepas. Ku lihat orang itu ikut mengaduh kesakitan sepertiku. Hah, aku
selalu merasa kesal saat berada di depan cermin. Ya, orang itu adalah
bayanganku sendiri. Ku lihat jari-jari tanganku yang memerah. Ah, seharusnya
adegan memukul cermin hingga pecah di film-film, harus bertuliskan ‘ADEGAN
BERBAHAYA, JANGAN DITIRU, HANYA DILAKUKAN OLEH PROFESIONAL’.
Rambutku yang acak-acakan ku ikat
asal. Ku lirik laptop hitam ku. Bagaimana jika aku membukanya dan menonton
film? Ku rasa itu bukan ide yang baik, aku baru saja menonton Harry Potter And
The Globet of Fire dan menangisi kematian Cedric Diggori untuk yang ke sekian
puluh kalinnya. Jika aku sudah menontonnya seratus kali, apa aku akan mendapat
kulkas dua pintu?
Pandangan mataku beralih ke rak
koleksi novelku. Ada ratusan novel yang sudah aku koleksi sejak kelas dua
disana. Aku menata dan mengelompokkan novel itu sesuai genre dan bahasa. Aku mengoleksi
semua genre novel. Dari fiksi sampai komedi, semua ada. Bahasa Thailand, Korea, Inggris aku koleksi tanpa terkecuali. Beberapa saat aku menghitung
kembali berapa banyak uang yang sudah aku keluarkan untuk novel-novel itu.Jika
uang itu ada ditanganku sekarang, Aku
pasti sudah bisa membeli kulkas dua pintu.
Dddrrrttt… ddrrtt.. Ponselku
bergetar, kulihat nama ‘My Nochu’ tertera di layar. Segera ku raih ponselku dan
menerima panggilan dari namja chingu-ku satu-satu nya. “Anyeong my Nochuu..
muah muah!”
“What are you doing Lisa? Kenapa
kau tidak menjawab telfonku?” Namja-ku orang korea, tapi ia lahir dan besar di
Washington DC, jadi dia mencampur aduk bahasanya. Aku berharap suatu saat dia berbicara
denganku menggunakan bahasa korea seutuhnya. Meskipun sebenarnya aku bukan
orang asli korea, aku sangat cinta tanah air.
“Kau bicara apa? aku menjawab
telfon-mu sekarang.”
“Not now! Aku sudah menelfonmu
ratusan kali sebelumnya. Kenapa kau tidak menjawab?” Nada suara Namja-ku
terdengar sedikit kesal.
“Oh, aku baru saja menonton film.”
“Hhh.. “ Aku yakin, namja-ku sedang
menghembuskan nafas lega sekarang meskipun aku tidak melihatnya. “Kau! Jangan
pernah coba-coba menghilang lagi!” Tutt.. tutt.. sambungan telepon terputus. Aku
mengerutkan dahi. Apa maksudnya? Menghilang? Aku hanya menonton film selama
beberapa jam saja. Dasar, Joen Jung Kook gila!
-Seung Li-
Aku menutup bilik toilet. Ku buka
tas belanjaku. Aku mengeluarkan mini dress berwarna soft pink. Aku menunduk,
melihat betapa buruknya pakaianku saat ini. Kaus putih longgar, jeans lusuh,
sepatu kets abu-abu jelek, dan slingbag. Setidaknya slingbag ini tidak seburuk
yang lainnya. Apa yang ku pikirkan tadi? Bagaimana bisa aku keluar rumah dengan
pakaian seburuk ini? Segera kulepas kaus, jeans, dan sepatu jelek yang melekat
ditubuhku ini untuk menggantinya dengan mini dress dan high heels yang baru
saja aku beli.
Aku keluar dari bilik toilet lalu
berjalan mendekat pada wastafel. Bernafas lega melihat pantulan diriku didepan
kaca, setidaknya penampilanku tidak seburuk sebelumnya. Tapi tunggu, aku
mendekat memastikan sesuatu yang ku lihat di wajahku. Oh My Fucking God!
Kantung mata! Jerawat! Oh, apa aku juga harus membeli concealer?
***
Aku berjalan menyusuri trotoar
Gangnam dengan kesal. Kenapa hari ini aku benar-benar sial? Aku keluar rumah
dengan pakaian menjijikkan tanpa ku sadari. Dan baru saja, aku diusir oleh
orang yang katanya ingin menjalankan bisnis denganku. Kemarin dia sendiri yang
merencanakan pertemuan ini. Ia memohon
kepadaku agar aku berkunjung ke rumahnya untuk membicarakan bisnis yang sudah
kita sepakati. Tapi sekarang apa? aku harus pulang kerumah dengan tangan kosong
dan perasaan dongkol. Ucapan wanita jalang itu terus terngiang di kepalaku.
“Pergi kau! Penipu!”. Hah! Apa maksudnya? Dasar wanita jalang gila!
Wait, aku merasa ada yang aneh.
Orang itu. Orang dengan rambut kecoklatan dan hoodie jacket hitam itu. Aku
sudah melihatnya beberapa kali sebelumnya. Di mall, di depan toilet, sekarang
ia berjalan di trotoar seberang jalan. Apa dia stalker? Apa dia tertarik
padaku? Dia cukup tampan, ngomong-ngomong. Apa jangan-jangan dia berniat jahat
padaku? Oh! Hell! Dia pasti ingin memperkosaku! Ah! Bagaimana ini? Apa aku
harus berlari?
Aku berlari secepat yang kumampu,
tapi high heels yang ku kenakan menyulitkanku. Aku menoleh kearah orang itu, ia
masih tetap mengikuti. Orang itu terlihat sangat sexy saat berlari. Andai saja
ia mendekatiku baik-baik, aku akan membiarkan dia menikmati tubuhku begitu
saja.
Aku terengah-engah. Sekarang aku
berada diantara kerumunan orang yang hendak menyebrang. Mataku mengedar ke
sekeliling, memastikan bahwa orang itu sudah tidak lagi mengikutiku.
-Eun Ha-
Seorang
tukang pos baru saja pergi setelah berdebat denganku. Ia ngotot bahwa paket
yang berada ditanganku sekarang, untuk seseorang di rumah ini. Aku hanya tinggal
sendiri dirumah ini. Tapi alamat tujuan paket ini memang benar sama dengan
alamat rumahku. Aku juga tidak mengenal pengirimnya. Joen Jung Kook. Aku bahkan
baru sekali ini mendengarnya. Yang lebih aneh lagi, paket ini untuk seseorang
bernama Lisa. Aku sudah mengatakan pada tukang pos itu bahwa tidak ada yang
bernama Lisa di rumah ini. Tapi dia ngotot. Dia bilang, tetanggaku bahkan
mengatakan bahwa penghuni rumah ini bernama Lisa. Persetan dengan tetangga
sialan itu! Dia bahkan tidak tahu namaku. Well, aku sebenarnya juga tidak tahu
nama mereka.
Aku
berjalan menuju ruang tengah sambil membuka paket itu. Aku sih, berharap paket
itu berisi pistol. Aku selalu berharap suatu saat aku memiliki pistol. Itu akan
memudahkanku untuk membunuh target. Sekarang aku hanya menggunakan pisau. Tapi
lihat, tiga orang sudah mati ditanganku. Padahal aku masih pemula.
Belum
sampai aku duduk di sofa, tapi aku sudah kesal melihat paket yang kini sudah
terlihat isinya. Sebuah novel fiksi. Fantastic Beast and Where to Find Them,
J.K. Rowling. Sialan! Ku lempar asal novel itu. Jika suatu saat aku bertemu
Jeon Jung Kook, aku akan membunuhnya.
***
Malam
ini udara sangat dingin dan mengigit. Udara yang sangat mendukung utuk membunuh
target. Baru aku berjalan beberapa langkah dari rumah, aku merasa seseorang
mengikutiku. Aku berbalik dan melihat seorang pria dengan rambut kecoklatan dan
hoodie jacket hitam. Aku berjalan lebih cepat. Kudengar langkah kaki orang itu
juga dipercepat. Aku berhenti. Langkah kaki orang itu melambat dan dia berjalan
melewatiku. Hah, apa dia pikir aku bodoh? Aku melangkahkan kakiku menyusulnya.
Saat tepat dibelakangnya aku mengeluarkan pisau dari saku. Aku mengunci
lehernya dengan tangan kiri, dan menodongkan pisau dihadapannya. Ia tersentak
kaget. Sayang, aku tidak melihat ekspresinya. Pasti sangat menggelikan.
“Kenapa
kau mengikuti ku?” Nada suaraku kubuat semenyeramkan mungkin.
“Apa
yang kau lakukan tengah malam begini, Lisa?” Suara orang itu sedikit bergetar.
“Lisa?
Haha.. kenapa semua orang menganggapku Lisa hari ini?” Ku biarkan pisau
ditanganku semakin mendekat pada lehernya.
“Kalau
bukan Lisa, lalu kau siapa?” Wah, orang ini cukup berani ternyata.
“Aku?
Aku Eun Ha. Lee Eun Ha, si pembunuh bayaran.” Aku menempelkan pisau dilehernya.
Kalau saja tidak penasaran kenapa orang ini mengikuti ku, Aku pasti sudah
melihat darah mengalir dari lehernya sekarang.
Orang
itu merogoh saku. Mengeluarkan sebuah KTP, lalu menghadapkannya padaku. Itu
aku. Aku orang yang berada di foto KTP itu. Tapi, namanya sangat panjang dan
jelas bukan namaku. “bukan kah ini kau?” Tanya orang itu.
“Apa
maksudmu?! Kenapa ada fotoku di KTP orang lain?!” Aku benar-benar kesal dengan
orang ini. Lihat saja, kupastikan keluargamu tidak akan mengenali mayatmu.
“Itu
kau Lisa! Kau bukan Lee Eun Ha! Namamu Lalisa Manoban. Kau lahir di Bangkok,
Thailand pada tanggal 27 maret 1997. Kau pindah ke Korea saat berusia 6 tahun karena
kepentingan bisnis Ayahmu. Ibumu meninggal setelah satu bulan kalian pindah ke
Korea. Ayahmu hampir tidak pernah dirumah, jadi kau selalu merasa kesepian. Kau
menghabiskan waktumu dirumah dengam menonton film dan membaca novel. Kau bukan
pembunuh bayaran! Kau hanya gadis penggemar J.K. Rowling!” Orang itu terus
memberondongiku dengan pernyataan-pernyataan yang sama sekali tidak aku
mengerti. Tanganku melemas. Tanpa sadar, aku kehilangan kendali atas orang itu.
Sekarang dia berdiri menghadapku dengan air mata mengalir di pipinya. Entah
kenapa kau berfikir ini menakutkan.
“Siapa
kau?” Kini giliran suaraku yang bergetar.
“Aku? Aku Jeon Jung Kook. Namchin-mu,
your Nochu. Aku ada untukmu, Lisa. Aku akan menemanimu. Aku berjanji tidak akan
membiarkanmu kesepian.” Kedua tangan
orang itu menyentuh pipiku. Dan entah kenapa aku membiarkannya. Aku lemas,
pikiranku tidak karuan, mungkin sebentar lagi aku akan ambruk disini. “Sadarlah,
kau Lisa pacar Jung Kook. Bukan Seung Li si fashionista. Bukan Eun Ha si
pembunuh bayaran. Kau Lisa.” Tangan orang itu mengelus rambutku. Air mata terus
membasahi pipinya. “Kau sakit, Lisa. Ayo pulang. Besok kita ke dokter, ya.”
“Apa?”
-END-
Makasih buat temen-temen yang udah sempetin baca epep ini. Ide bikin epep ini muncul gitu aja waktu Lotus lagi nyari ide buat bikin epep Lotus yang Enchories Stealth, dan Lotus bikinnya Cuma dua jam (waktu yang singkat buat Lotus). Biasanya Lotus bikin epep wansut itu dua tahun. Eh, gak deng.
Sebenernya Lotus Cuma mau bilang kalau sebentar lagi bakal rilis epep baru Lotus, judulnya Enchories Stealth. Itu epep genre nya mpiksi. Cuma rencanaya bakal Lotus post kalo yang Chapter 2 nya udah selesai. Dan selesainya itu entah kapan Lotus gak tahu. Tapi Lotus usahain secepatnya. Thanks guys!
Baca juga guys
Chocolate and Coffee