Sabtu, 13 Mei 2017

FF BTS : Enchories Stealth



Tidak ada kata yang dapat Lotus ucapkan selain terima kasih untuk teman-teman yang sudah dengan ikhlas merelakan kuotanya untuk mengunjungi blog Lotus (kecuali yang modal wifi sama tethering temen). Makasih juga buat temen-temen yang udah baca FF oneshoot Lotus sebelumnya. Ini pertama kalinya lotus Post FF sekuel. Fantasi pula. Jadi kalau misalkan Enchories Stealth ini masih banyak kekurangan, harap dimaklumi dan kasih sarannya ya. Bukannya Lotus gak bisa bikin FF tapi, karena bikin fantasi itu susah. Kekeke....

Di FF ini ada beberapa kata yang mungkin cuma Lotus dan Tuhan yang tahu, jadi dari pada kalian pada bingung waktu baca ye kan, Lotus kasih list artinya aja.

1.      Enchories Stealth = Negeri dimana orang-orang yang bertempat tinggal disana dapat merubah wujudnya menjadi hewan, sesuai dengan marganya.
2.      Liontari = Penduduk Enchories Stealth yang dapat merubah wujudnya menjadi singa ; bangsa yang berkuasa di Enchories Stealth.
3.      Fidi = Penduduk Enchories Stealth yang dapat merubah wujudnya menjadi ular ; secara turun temurun menjadi tabib (dokter).
4.      Geraki = Penduduk Enchories Stealth yang dapat merubah wujudnya menjadi elang ; ditakdirkan memiliki postur yang bagus ; semuanya tampan dan cantik ; sebagian besar dari mereka miskin karena sayap lebar yang tetap dipunggung mereka mengganggu pekerjaannya.
5.      Lykos = Penduduk Enchories Stealth yang dapat merubah wujudnya menjadi serigala ; bertugas menjaga keamanan Enchories Stealth.
6.      Kouneli = Penduduk Enchories Stealth yang dapat merubah wujudnya menjadi kelinci.
7.      Allagi = merubah wujud.




Kisah ini bermula ketika seorang pria miskin dari Seoul, Kim Taehyung, harus pergi ke Enchories Stealth agar dapat mengobati istrinya yang sekarat, Kim Jisoo.
Dan Jeha, sesosok Liontari yang menolak untuk dijodohkan dengan Yoongi, Liontari kasar yang sangat dekat dengan keluarganya.
Ditengah kisah yang berbeda, keduanya bertemu dan saling terhubung. Sehingga getaran itu ada. Mempertaruhkan keluarga, persahabatan, dan cinta.






Enchories Stealth
Part 1
(Setiap yang bernafas, memiliki masalah)

Cast :
·         Jeha / OC
·         Kim Jisoo / OC
·         Gongshil / OC
·         Hara / OC
·         Kim Taehyung / V (BTS)
·         Yoongi / Suga (BTS)
·         Namjoon / Rapmon (BTS)
·         Jungkook / Jungkook (BTS)

·         Hoseok / JHope (BTS)
·         Seokjin / Jin (BTS)

·         Park Jimin / Jimin (BTS)
·         Koo Junhoe / Junhoe (IKON)
·         TOP (Bigbang)


Enchories Stealth

Bruukk!!!
Sesosok Liontari wanita jatuh tersungkur dibawah meja rias. Tetesan air mata mengalir dari matanya lalu bercampur dengan darah segar yang keluar dari pipi kanannya. Pipi kirinya merah akibat pukulan dari sesosok Liontari pria yang berdiri dihadapannya.
“Apa kau bodoh Jeha-ya?!” wajah  Liontari pria itu merah padam karena emosi.“kurang dari 2 bulan lagi kita akan menikah, kenapa kau melukai wajahmu sendiri?!” Entah pertanyaan atau makian yang keluar dari mulutnya.
“Seharusnya aku yang bertanya, apa kau bodoh Yoongi-ya?!” Jeha kini mendongakan kepalanya menatap Yoongi. “Tentu saja aku melukai wajahku sendiri karena aku tidak ingin menikah dengan mu!” Jeha bangkit, bejalan terseok-seok menuju pintu. Membuka pintu kamarnya dengan keras. Membuat penjaga dan pelayan diluar kamarnya kelabakan. “Pergilah dari sini sebelum Urrabonni mengetahui pertengkaran kita!” Jeha tersenyum miris. “Bukankah kau sangat menghormatinya?”
***
Seoul
Malam ini udara sangat menggigit, membuat seorang pria yang berjalan lesu dengan membawa kantong plastik kecil itu kedinginan. Ia menuju rumah mungil dengan pintu kayu yang sudah lapuk. Ia menghisap kuat rokok yang tinggal setengah, kemudian melemparnya asal.
Krrieett.. pintu kayu itu menghasilkan suara ketika dibuka oleh pemiliknya karena sudah terlalu usang. Pemilik rumah itu berjalan menuju pintu lain yang berada didalam rumah. Yang tidak lain adalah kamar tidur. Karena tidak ada rungan lain di dalam rumah itu kecuali sebuah kamar tidur, kamar mandi, dan dapur yang menjadi satu dengan ruang tamu. Si pemilik menghela nafas melihat istrinya tertidur dengan wajah pucat. Ia mengeluarkan benda dari dalam kantong plastik yang dipegangnya.
“Chagi-ya, bangunlah! Aku baru saja membelikanmu obat.” Pria itu meletakkan sebotol obat diatas meja disamping tempat tidur, lalu keluar, dan beberapa saat kemudian kembali lagi membawa segelas air.
“chagi-ya, kau tidak perlu lagi membelikanku obat. Emm.. kau tau, aku hanya tinggal menunggu waktu untuk pergi. Kau seharusnya menyimpan uangmu saja.” Kata sang istri disela-sela batuknya.
Pria itu berdecak kesal. “menyimpan uangku untuk apa? untuk biaya pemakamanmu, ha?”
Sang istri tersenyum. “ya, mungkin seperti itu.”
Pria itu menghela nafas panjang. Wajah tampannya yang lesu berubah sendu. Ia duduk ditepi ranjang, mengelus rambut istrinya. Mengangkat tubuhnya sedikit dan mengatur bantal untuk dijadikan sandaran istrinya duduk, lalu mendudukkan istrinya. “apa kau tega meninggalkanku sendiri?”
Istrinya tersenyum. Tangannya yang lemas berusaha menunjuk kearah meja. “Tadi Jimin kesini. Dia bilang tidak bisa menghubungimu, jadi dia meninggalkan surat disana.”
Pria itu mengambil kertas yang dilipat asal dan sama sekali tidak menyerupai surat. Ia membaca tulisan didalamnya yang lebih mirip dengan cakaran ayam.
            Taehyung-a, ada hal penting yang harus ku bicarakan denganmu. Ini mengenai Jisoo. Aku tunggu kau ditempat kerjaku.
Sebenarnya, Taehyung ingin beristirahat, tapi melihat bahwa hal yang dibicarakan itu menganai istrinya, ia segera beranjak pergi.

***
Enchories Stealth

            Di tempat tidur megahnya, Jeha berbaring. Menghela nafas kesal, lalu menyentuh pipi kanan-nya yang ditutup oleh kasa. “Hoseok-a, kapan kau akan pergi ke London?”
            Sesosok Fidi  muda yang sedang mengemasi peralatan medis ditepi ranjang Jeha menoleh. “Besok. Whe?”
            “Apa semua Fidi seperti itu? Merasa kurang dengan ilmu tabib yang sudah ditakdirkan untuknya, sehingga masih harus belajar dari manusia?”
            “seperti itulah laki-laki tuan putri, kami harus berpetulang lebih dulu sebelum dikurung oleh istri kami. Hahaha..” Gelak tawa renyah keluar dari mulut Hoseok
            “Hahaha… Seperti itulah perempuan. Mereka cenderung mengekang. Hanya aku dan mendiang Ibuku yang tidak seperti itu.”
            “Setidaknya mendiang Ratu bukan pecinta sesama jenis.”
            “Hya! Apa kau bilang?! aku pecinta sesama jenis?!” Jeha bangkit dari tidurnya dan melemparkan bantal kearah Hoseok.
            “Tuan Geraki Jungkook berkunjung Tuan Putri…” Suara penjaga terdengar dari luar kamar Jeha.
            “Biarkan dia masuk!” teriak Jeha dari dalam kamar.
            Sesosok Geraki dengan sayap hitam pekat dibagian atas dan semakin kebawah warnanya semakin memudar, disertai dengan sedikit warna putih di bagian bawah yang mencuat dibalik punggungnya yang terbalut kemeja ‘Louis Vuitton’ yang sudah dijahit ulang khusus untuk Geraki. Sayap yang indah, tapi tidak cukup indah untuk membandingi wajah tampannya. Sesungguhnya semua Geraki ditakdirkan memiliki wajah yang tampan dan cantik. Tapi tidak ada yang sesempurna Jungkook. Dia lahir dengan wajah tampan, tubuh tinggi dan berotot, sayap yang Indah dan keluarga bangsawan. Yang terakhir adalah yang paling membuat para Geraki pria iri padanya, juga membuat para Geraki wanita memujanya. Tapi lihatlah, sekarang Gongshil, sesosok Geraki wanita biasa dengan sayap coklat terang dibagian atas dan warna hitam-putih-hitam dibagian bawah belajalann mengikuti Jungkook memasuki kamar Jeha. Dia amat cantik, tapi sama sekali tidak sebanding dengan Jungkook.
            “apa yang kalian bicarakan? Sepertinya menarik.” Kata Jungkook sambil duduk di sofa di sudut kamar. Jangan lupakan sayapnya, beberapa pernak pernik mahal yang terpajang rapi di meja dekat sofa berjatuhan dan mengeluarkan suara berdenting tanda pernak-pernik mahal tersebut pecah berkeping-keping.
            “Hya! Jungkookie! Hati-hati dengan sayapmu!” teriak Jeha merasa kasihan pada pernak-pernik mahal itu.
            “Hya! Berapa kali aku katakan! Jangan panggil aku seperti itu! Itu terdengar seperti panggilan untuk Kouneli, tau!”
            “Haha.. Apa salahnya dengan Kouneli? Mereka Imut saat allagi-merubah wujud. Lagi pula gigi depanmu mirip dengan Kouneli.” Hoseok mengejek Jungkook.
            “Hya, yang dikatakan Hoseok Oppa itu benar.” Suara lembut Gongshil berhasil memecah tawa mereka, kecuali Jungkook.
            “Bertahun-tahun bersamamu, baru kali ini aku merasa begitu terhina.” Jungkook cemberut dan menatap Gongshil dengan tatapan yang dibuat-buat sehingga membuat wajah tampannya terlihat imut. Sedangkan Gongshil hanya bisa membuat dirinya terpesona pada Jungkook untuk yang ke sekian-ribu kalinya.
            “Bagaimana jika kita pergi kerumah Namjoon? Dia baru dari Seoul kemarin, Pasti dia membeli banyak daging hewan. Akan menyenangkan jika kita membuat barbeque bersama sebelum Hoseok pergi ke London.” Kata Jeha penuh semangat.
            “Aku tidak setuju.” Jungkook menggugurkan semangat Jeha.
            “Kenapa? Apa karena kau makan wortel?” Tanya Jeha mengejek. Dan mereka bertiga kembali tertawa terbahak-bahak.
            “Tentu saja tidak. Tapi, kau seharusnya mengahabiskan lebih banyak waktumu dengan Yoongi-hyung menjelang hari pernikahan kalian, Nuna. Kau harus belajar berhenti main-main dengan kami.” Jawaban Jungkook seketika mengubah raut wajah penghuni kamar Jeha saat itu.
            “Iya, itu benar. Lagi pula aku akan pergi ke suatu tempat setelah ini, Onnie.” Gongshil menyetujui perkataan Jungkook.
            “Ya, dan aku seharusnya menghabiskan lebih banyak waktuku bersama orang tuaku sebelum pergi ke London.” Hoseok mengambil tas medis-nya dan bersiap pergi. “Dan kau Tuan Putri, sudah waktunya kau memperbaiki hubunganmu dengan Yoongi-Hyung.”
            “Ya, terimakasih atas perhatian kalian. Sekarang kalian pergilah.” Jeha menghembuskan nafas kesal. Sedangkan teman-temannya beranjak pergi meninggalkannya.

***
Seoul

            Taehyung melangkah cepat menuju bar. Menghisap sekali rokok diantara jari telunjuk dan tengahnya, lalu menjantuhkan dan menginjaknya  dengan satu kaki saat tepat didepan pintu masuk. Ia berjalan melewati kerumunan orang yang diantaranya telah kehilangan kesadaran. Matanya tertuju kearah seorang bartender dengan rambut hitam dan kulit yang tidak begitu putih.
            “Junhoe-ya!” panggilnya pada bartender tersebut setelah menghapirinya.
            “Hya! Kim Taehyung! Mau satu gelas?” Junhoe dengan suara berat yang khas menawarkan minuman ditangan-nya pada Taehyung.
            “Tidak, aku kesini mencari Jimin.”
            “Oh, dia baru saja berkata mau pulang. Mungkin sekarang masih berganti pakaian. Coba kau lihat di belakang.”
            “Baiklah. Terimakasih. Semoga malam-mu menyenangkan!” Taehyung berjalan menuju ruang ganti karyawan bar tersebut.
            Taehyung tiba di ruang ganti dan menemukan Jimin tengah melepas seragam bartendernya. Memperlihatka abs yang akan membuat wanita manapun tergoda, apalagi dengan wajahnya yang tidak bisa dikategorikan pas-pas-an. Sayangnya, Taehyung yang melihat abs itu, jadi dapat dipastikan tidak akan ada adegan erotis disini.
            “Jimin-a!” Taehyung memanggil Jimin yang belum menyadari keberadaan-nya.
            Jimin tersenyum kearah Taehyung sambil mengenakan kaos hitam longgar yang kemudian menutupi abs indahnya. “Kau sudah datang Tae.” Ia mengambil sebuah buku usang dari loker lalu melemparkannya kepada Taehyung.
            “Apa ini?” Taehyung menatap penasaran buku dengan sampul hitam yang sudah terkoyak itu.
            “Baca buku itu baik-baik. Ada petunjuk untuk mengobati Jisoo pada buku itu. Siapa tahu cara itu bisa berhasil.” Kata Jimin sambil melipat asal seragam bartendernya lalu menjejalkannya ke loker.
            “Ini terdengar aneh. Tapi terimakasih.” Taehyung tersenyum bangga memiliki teman seperti Jimin. “Ngomong-ngomong, apa kau punya rokok?”
            Jimin mengeluarkan dua batang rokok dari saku celananya. “Kau tau, aku hanya memberikan ini untukmu.” Kata Jimin sambil menyerahkan-nya kepada Taehyung.
            Taehyung kembali tersenyum menerima dua batang rokok dari sahabatnya. “Gumawo, Jiminie..” Taehyung tersenyum jahil lalu berbalik meninggalkan Jimin.

***
Enchories Stealth
            Jeha menatap bintang-bintang di langit Enchories Stealth dari balik jendela kamarnya. Perlahan Jeha menaiki jendela itu. Satu kakinya menggantung, meraba-raba pijakan.
            Braakk!!! Tiba-tiba pintu kamar Jeha terbuka tanpa aba-aba dari penjaga seperti biasanya. Sontak Jeha menoleh. Ia menemukan sesosok Liontari cantik, berwibawa dengan gaun anggun-nya, dan terlihat terlalu muda untuk menyandang gelar Ratu di depan namanya -Hara. Sang Ratu berjalan memasuki kamar Jeha di-ikuti beberapa pelayan-nya. Tapi, tunggu, ada sesosok Geraki yang sangat Jeha kenal di belakang Ratu Hara. Gongshil.
            Jeha menghampiri Ratu dan membungkuk memberi hormat. Tapi tangan kiri Ratu mencegahnya dengan mendongakkan dagu Jeha. Perlahan tangan kanan-nya mengelus pipi Jeha yang terbalut kasa. Mengelusnya pelahan dari bawah keatas kemudian turuh kebawah lagi. Elusan yang terlihat lembut dan tulus.
            Plaakk!! Tamparan keras mendarat di pipi Jeha yang terluka. Ia meringis menahan nyeri pada lukanya. Ia merasa darahnya keluar dan meresap pada kasa.
            “Apa kau pikir ini lucu?! Apa kau pikir pernikahanmu itu lelucon?!” Jeha hanya tertunduk mendegar makian yang ditujukan untuknya. “Sudah berapa kali kubilang, jangan berulah! Apa gunanya Putri jika hanya bisa menyusahkan Raja?!” Tidak ada sesosok pun yang pernah memaki Jeha di Enchories Stealth ini  kecuali Hoseok, Jungkook, Namjoon dan Kakak ipar-nya. Ia akan membalas makian yang dilontakan kepadanya. Tapi untuk kakak ipar yang dihadapan-nya saat ini, pengecualian. Ia hanya terdiam menerima makian darinya. “Segeralah menikah dengan Yoongi! Biarkan dia mengurusmu! Dan jangan menyusahkan Urrabonni-mu lagi!”
            Ratu berbalik. Pelayan-pelayan-nya menepi memberi jalan. Ratu melangkah pergi. Semua pengikut Ratu mengikuti langkahnya, kecuali Gongshil. Ia sengaja membiarkan dirinya tertinggal oleh rombongan Ratu.
            “Sekarang aku mengerti, kenapa Geraki rendahan sepertimu akhir-akhir ini sering berada di Istana.” Ucap Jeha sinis kepada Gongshil. “Berapa bayaran yang diberikan Ratu untuk memata-matai sahabatmu sendiri? Apa semua yang diberikan Jungkook padamu dan keluargamu masih kurang?”
            “Maaf Tuan Putri, tapi ini bukan tentangku yang berhianat. Tapi tentangmu yang seharusnya tidak banyak berulah. Patuhi saja apa yang sudah menjadi takdirmu. Itu yang terbaik untukmu.” Gongshil memberi hormat, lalu melangkah pergi.

***
Seoul
            Taehyung melekatakkan Handphone-nya didepan telinga. Satu tangannya lagi mengucek matanya yang merah karena semalam tidak tidur untuk memebaca buku pemberian Jimin. Ia berjalan menuju sofa jelek yang sudah jebol disana-sini, lalu menghempaskan tubuhnya pada sofa jelek itu.
            “Hmm.. Moya?” Suara Jimin terdengar dari ujung telepon.
            “Hya! Park Jimin! Apa kau sudah gila! Apa itu, Negeri Manusia Setengah Hewan?! Apa kau benar-benar bepikir bahwa aku harus mencari sayap Manusia Setengah Elang untuk mengobati Jisoo?! Aku hampir frustasi karena penyakit Jisoo, lalu kau menghiburku dengan memberi buku fiksi, begitu?” Taehyung memaki sahabatnya. Ia merasa sahabatnya sudah mulai tidak waras.
            “Tenanglah dulu, apa kau tahu yang memberikan buku itu siapa?” Suara Jimin tenang seoalah mencari sayap Manusia Setengah Elang adalah hal yang wajar. “Ajhussi pelanggan bar-ku yang misterius yang memberikannya. Ini terdengar aneh tapi, kata-kata Ajhussi itu sangat meyakinkan. Tidak ada salahnya untukmu mencoba.”
            “Iya, dan mungkin jika aku benar-benar tiba di negeri Manusia Setengah Hewan itu, aku akan langsung diterkam oleh Manusia Setengah Serigala. Dan aku tidak akan pernah bertemu Jisoo lagi.” Taehyung terkekeh. Merasa bahwa itu hanya lelucon bodoh.
            “Haha.. tapi meskipun jika kau tidak pergi kesana dan tetap hidup, kurasa kau juga tidak akan bersama dengan Jisoo lebih lama lagi.” Terdengar tawa miris Jimin dari ujung telepon.
            “Apa kau bilang?! Apa kau pikir Jisoo akan mati?!” Taehyung tahu jika istrinya sudah seperti tidak akan hidup lebih lama lagi. Tapi, Taehyung kesal kata-kata itu keluar dari mulut Jimin.
            “Apa kau merasa Jisoo akan baik-baik saja dengan keadaan-nya yang seperti itu?! Ketika kau hanya mampu membelikannya obat warung disaat kau memiliki sedikit uang?!” Suara Jimin terdengar tidak kalah kesal dibanding Taehyung. “Kau tahu, aku juga sangat mengharapkan kesembuhan Jisoo. Apa harus aku yang pergi ke Negeri Manusia Setengah Hewan itu?!”
            Taehyung memutus sambungan telepon. Ia melemparkan Hanphone-nya hingga tergeletak di sudut sofa. Ia menarik nafas dalam, menghembuskan-nya dengan kasar, lalu menutup matanya sekejap, dan membukanya lagi. Satu tangan-nya meraih buku usang yang dibicarakan dengan Jimin dari meja. Jari-jarinya membuka halaman yang ia lipat semalam. Dan ia membaca ulang halaman itu.
            Manusia Setengah Elang membentangkan sayap. Dengan setumpuk benda-benda ditangan. Ia terbang melintas langit biru. Mengantar setumpuk benda-benda untuk mendapat upah. Hanya itu yang dapat ia lakukan.
            Sedangkan yang lain memilih berwujud manusia. Manusia setengah Elang tidak memiliki pilihan. Ia akan tetap bersama sayapnya dalam wujud apapun. Menjadikan ia tak dapat sekedar berkunjung ke Negeri Manusia.
            Sayap adalah kelemahan mereka? Tidak. Selama sayap masih menempel pada tubuh, mereka dapat melihat, mendengar, mengetahui, apapun yang mereka ingin. Hanya dengan menutup mata, mereka melihat semua. Kecuali makhluk dengan bulu elang melekat ditubuhnya.
            Bagaimana dengan sayap yang terlepas dari pemiliknya? Masih tetap memiliki kekuatan. Kekuatan menyembuhkan apapun bagi siapapun. Berbeda dengan Manusia Setengah Ular yang hanya tabib handal bagi bangsanya. Sayap ini Menyembuhkan Manusia, Tumbuhan, Hewan, Bahkan pemiliknya sendiri.
            Taehyung melipat lagi halaman itu dan menutupnya. Tangannya meraih Handphone yang berada di sudut sofa, menyentuh layar beberapa kali, kemudian meletakkannya didepan telinga. Baru sekali nada sambung terdengar, tapi orang yang dihubungi sudah menjawab.
            “Kenapa lagi, Tae?” Suara Jimin kembali terdengar diujung telepon.
            “Bagaimana cara untuk pergi ke Negeri Setengah Manusia itu Jim?”
            Suara Jimin tidak terdengar beberapa saat. Taehyung tidak dapat melihat wajahnya, tapi dapat dipastikan Jimin sedang tersenyum di ujung telepon. “Sebenarnya aku juga tidak tahu Tae, tapi kau bisa datang ke tempat kerjaku nanti malam, mungkin Ajhussi misterius itu akan datang lagi.”
            “Baiklah.” Taehyung mematikan sambungan telepon. Merebahkan tubuhnya di sofa. “Terima kasih Jim.” Katanya pada bayang-bayang. Ia memejamkan mata dan terlelap.

***
Enchories Stealth
            Tiga sosok Lykos wanita duduk di sofa hitam besar, di ruangan dengan semburat cahaya menembus temboknya. Dua diantaranya masih belia, dengan majalah fashion dimasing-masing tangan mereka. Satu lainnya setengah baya, merajut syal coklat. Di sisi lain ruangan, tiga sosok Lykos pria muda mengangkat barbel. Dua sosok Lykos yang terlihat sedikit lebih muda bermain catur di tengah ruangan. Sesosok Lykos pria setengah baya duduk santai sambil membaca surat kabar harian. Sesosok Lykos muda disampingnya membuka kulkas. Mereka melakukan kegiatan masing-masing tanpa kesulitan diruangan yang tidak cukup luas, dan minim penerangan ini.
            “Aboji, aku harus mengambil berapa bungkus daging?” Sesosok Lykos di depan kulkas bertanya.
            “Seperti biasanya saja, Namjoon.” Jawab Lykos paruh baya disampingnya, tetap terpaku pada surat kabar harian ditangannya.
            Namjoon mengambil empat bungkus daging dari kulkas. “Jeha tidak datang hari ini, apa aku perlu mengurangi nya, Aboji?”
            Euh,” Jawab ayah Namjoon tidak begitu perduli.
            Namjoon meletakkan kembali satu bungkus daging ke kulkas. Terdiam beberapa saat, “aku harus mengurangi satu bungkus atau dua bungkus, Aboji?”
            Ayah Namjoon menghela nafas setelah untuk kesekian kalinya menyadari bahwa anak ke-empatnya ini tidak begitu pintar.
***
Jungkook dan Gongsil sibuk menyiapkan peralatan barbeque. Mereka tengah berdiri di sebuah halaman kecil, halaman dengan beberapa pohon besar berjajar di kanan dan kirinya. Didepannya terdapat jalan utama yang hampir tidak terlihat karena terhalang oleh ranting-ranting pohon. Dibelakangnya terdapat semak-semak rimbun berbentuk setengah lingkaran dan sebuah sofa hitam, sebuah meja kayu, juga beberapa kursi kayu. Siang ini matahari bersinar terik, tapi hanya beberapa cercah cahaya saja yang berhasil menerobos celah pepohonan. Sehingga udara dingin tetap meyelimuti Distrik 2.
            Bagian semak-semak rimbun bergerak layaknya pintu yang terbuka. Namjoon keluar dari semak-semak rimbun itu membawa tiga kantong daging. “Hanya mengambil daging saja kenapa kau lama sekali, Hyung?” Tanya Jungkook pada Namjoon.
            “Aku tadi bingung harus mengambil berapa kantong daging. Aku mengambil 3 kantong, apa itu benar Kook?” Namjoon berjalan menghampiri Jungkook dan Gongshil.
            “Sepertinya itu terlalu banyak, Oppa. Hoseok Oppa kan juga tidak ikut.” Gongshil menjawab pertanyaan Namjoon lalu beralih menuju meja kayu yang disana sudah terdapat beberapa bahan-bahan barbeque lain.
            “Apa perlu aku kembalikan satu kantong lagi?” Namjoon kembali bertanya.
            “Boleh aku ikut dengan kalian?” Pertenyaan Namjoon terpotong oleh suara sesosok yang datang dari jalan utama, ia mendekat, menyibak ranting pepohonan yang menghalangi jalannya. Ia Yoongi.
            Yoongi-Hyung! Tentu saja boleh. Kemarilah!” Jungkook menjawab dengan sumringah sambil membuka kantong daging yang tadi dibawa Namjoon, lalu mengolesinya dengan bumbu.
            “Sebenarnya akan sedikit canggung jika kau bergabung dengan kami, Hyung. Tapi tak apa, kami sungkan untuk menolakmu.” Namjoon meletakkan beberapa daging yang telah dolesi bumbu oleh Jungkook diatas panggangan, lalu mengipasinya.
            “Pesta barbeque di siang hari, sepertinya bukan ide yang buruk jika dilalukan di Distrik 2.” Kata Yoongi, seolah tidak mendengar perkataan Namjoon. “Kenapa kalian hanya bertiga? Kemana Hoseok dan Jeha?”
            “Hoseok sudah berangkat sejak pagi buta tadi.” Namjoon menjawab sambil terus mengipas daging di panggangan. Menyebabkan sedikit asap putih beterbangan di udara.
            “Oh, ya. Aku lupa jika Hoseok berangkat ke London hari ini. Lalu, Jeha?” Yoongi berjalan menuju sofa, lalu merebahkan tubuh diatasnya.
            “Kami sengaja meninggalkan Jeha agar bisa menghabiskan waktu bersamamu, Oppa. Tapi kau malah pergi kesini.” Kata Gongshil sambil membungkus kentang dan sayuran dengam alumunium foil.
            “Hahh.. kalian terlalu pengertian.” Yoongi berdecak, lalu memiringkan tubuhnya. “Apa daging panggangmu itu sudah bisa dimakan Joon? Aku lapar.”
            “Ini baru saja dipanggang,Hyung.” Namjoon membalik daging dengan alat penjepit. “Aku akan bernyanyi kalau begitu, agar kau tidak bosan menunggu.” Namjoon mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. “Bogo shipda, bogo shipda.. bogo sipda, bogo shipda ia iaaa..” Jujur saja, aku bahkan bingung harus bagaimana mendeskripsikan suara Namjoon. Suara Namjoon yang parah sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata.
            "Suaramu bagus Joon, tapi lebih bagus jika kau tidak usah bernyanyi lagi. Selamanya." Yonggi bangun untuk mengambil sebuah tomat dari meja, berbaring lagi, lalu menggigitnya.
            “Kekeke.. Aku tahu Hyung, jika suaraku tidak bagus saat bernyanyi. Tapi suaraku akan lebih bagus jika menggonggong dan meraung. Mau mendengarnya?” Namjoon meletakkan kipas dan alat penjepit disamping panggangan. Lalu kakinya sedikit ditekuk, sedikit membungkukkan badan, dan membuka sedikit lengannya, bersiap untuk allagi.
            Yonggi sontak terbangun “Hya, Hya, Hya, ani, kau tidak perlu menunjukkan-nya Joon. Aku sudah percaya jika suaramu sangat bagus.”

***
Seoul

            Taehyung duduk depan meja bar. Sedangkan orang dikanan dan kirin-nya meneguk minuman, Taehyung hanya memainkan Handphone. Berjam-jam Taehyung duduk disana. Tapi yang ditunggunya tidak kunjung datang. Jimin mendekati taehyung dari balik meja bar. “apa kau yakin Ajhussi itu akan datang. Jim?” Taehyung mulai putus asa menunggu Ajhussi misterius.
            “Entahlah.” Jiminpun merasakan hal yang sama.
            Waktu terus berlalu, orang yang tadi berda di kanan dan kiri Taehyung sudah pergi entah kemana. Tapi Taehyung tetap setia di tempatnya. Sedangkan Jimin mondar-mandir dibalik meja bar melayani pelanggan.
            Seseorang  menepuk pundak Taehyung. Taehyung memutar kursi bar yang ia duduki agar dapat melihat orang itu. “Hei! Apa kau menunggu ku?” Bibir tipis orang itu menyunggingkan senyum. Dia sama sekali tidak seperti Ajhussi. Memang ada sedikit keriput di dahinya.Tapi melihat tubuh tinggi tegapnya yang dibalut Tuxedo, para gadis pasti akan memanggilnya ‘Oppa’.
            “Emm.. mungkin.” Taehyung heran keanapa Jimin memanggilnya Ajhussi misterius. Kenapa Jimin tidak memanggilnya Hyung gila saja? Lihatlah, sekarang dia mengangkat tangan dan melompat-lompat  di depan Taehyung. Dan yang paling gila, kenapa ia memakai kaca mata hitam? Apa bar ini masih kurang gelap baginya?
            “Ei! Ei! Ei! Ei! Ei!! Bang! Bang! Bang!!” Kurang puas dengan mengangkat tangan dan melompat-lompat, Hyung gila itu mengeluarkan suara-suara aneh dari mulut tipisnya.
            “Ajhussi! Kau sudah datang?!” Jimin menyapa Hyung gila.
            “Hei! Chim Chim!” Si Hyung gila berhenti melakukan kegiatan konyolnya, lalu duduk disamping Taehyung. “Beri aku satu gelas seperti biasa!”
            “Baiklah!” Jawab Jimin antusias.
            Hyung gila menoleh kearah Taehyung. “Apa aku perlu mentraktirmu juga?” Tehyung membuka mulutnya. Belum sempat Taehyung menjawab, tapi Hyung gila sudah memotongnya. “Ah, tidak perlu. Kau tidak minum karena istrimu benci bau alkohol.”
            Taehyung mengerutkan dahi. Bagaimana Hyung gila bisa tahu?
            “Jangan panggil aku Hyung gila. Aku ini sudah tua. Kau jangan iri pada ku, aku memang ditakdirkan tampan, mungkin aku tidak akan menua sampai akhir hayat ku. Kekeke...” Hyung gila, bukan, Ajussi gila itu terkekeh. “Apa kau berfikir aku gila karena memakai kaca mata hitam di bar?” Tehyung tanpa sadar mengangguk. “mau lihat mataku?” Ajhussi itu mendekatkan wajahnya pada Taehyung. Membuka perlahan kacamata hitamnya.
            Taehyung tersentak. Kornea orang itu hanya berbentuk titik hitam. Selebihnya hanya warna putih dan otot kemerahan yang menonjol di bola matanya. Ajhussi misterius itu menjauhkan wajahnya dari Taehyung dan memakai kembali kacamatanya.
            Jimin memberikan segelas minuman untuk Ajusshi. “Ajhussi, Taehyung ingin pergi ke Negeri Manusia Setengah Hewan itu. Bagaimana caranya?”
            “Apa kau yakin sudah memberi tahu dia semuanya? Kau tahu kan, aku tidak akan mengulang informasi yang sudah ku sampaikan.” Ajhussi misterius meneguk minuman yang diberikan Jimin.
            “Tentu saja sudah, Ajhussi.” Jawab Jimin yakin.
            Ajhussi merogoh saku dari balik Tuxedo-nya. Ia mengeluarkan sebuah botol kaca kecil dengan bubuk ke-emasan didalamnya. Membuka botol kecil itu dan menuangkan sedikit isinya di telapak tangan. Tanpa aba-aba ia melempar bubuk itu kewajah Taehyung. Membuat Taehyung terbatuk-batuk dan mengucek matanya. Ia menutup kembali botol kecil itu. Meletakkannya diatas meja bar.
            “Apa ini Ajhussi?” Tanya Taehyung setelah berhenti dari batuknya.
            “Apa kau tidak pernah menonton ‘Thinker Bell’? Ini Bubuk Pixie! Hyaaa!” Ajhussi misterius bertepuk tangan  ria dan membuka sumringah mulut tipisnya.
            “Aku lebih suka Doraemon daripada Thinker Bell.” Taehyung menjawab asal.
            “Ah, kau suka yang berbau Jepang? Hanya satu yang ku idolakan dari Jepang. Maria Ozawa.” Ajhussi misterius terkekeh lalu meminum lagi minumannya yang tinggal setengah.
            “Kalau yang itu idola semua lelaki.” Sahutan Jimin membuat mereka bertiga menggelak tawa masing-masing.
***
            Taehyung dan Jimin berjalan beriringan menuju rumah Taehyung. Udara malam ini cukup dingin tapi tidak sedingin kemarin, jadi Taehyung tidak perlu rokok untuk menghangatkan tubuhnya. Sedangkan Jimin, ia sudah tidak punya uang lagi untuk beli rokok. Apa lagi, Jimin harus membelikan Taehyung juga. Dan sekarang beginilah mereka, berjalan dengan memasukkan tangan di jaket masing-masing dan sesekali menggigil saat angin berhembus.
            “Aku pikir Ajhussi itu hanya orang gila, Jim.” Kata Taehyung dengam mata yang tetap fokus kedepan.
            “Tidak, ku pikir tidak Tae.” Jimin-pun berkata sambil melakukan hal yang sama.
            “Kau pikir begitu? Tapi tidak terjadi apa-apa setelah ia melemparkan bubuk ini padaku. Ku pikir aku akan menghilang setelah itu.” Taehyung mengeluarkan tangan dari sakunya bersama dengan botol kecil yang diberikan Ajhussi misterius.
            “Apa kau benar-benar tidak pernah melihat Thinker Bell?” Kini Jimin menoleh pada Taehyung. “Bubuk Pixie di Thinker Bell bisa membuat peri terbang. Jadi bubuk pemberian Ajhussi pasti juga bisa membuatmu pergi ke Negeri Manusia Setengah Hewan.”
            “Tapi tidak terjadi apa-apa padaku, Jim.” Tahyung mempercepat langkah kakinya.
            Jimin juga mempercepat langkah kakinya mengikuti Taehyung. “Peri harus mengangkat kakinya agar bisa terbang Tae, jadi mungkin ada seseuatu yang harus kau lakukan untuk bisa pergi ke Negeri itu.”
            “Kau benar. Tapi apa?”
            “Entahlah. Dia sudah mabuk setelah membicarakan Maria Ozawa. Biasanya orang akan berkata jujur saat mabuk, tapi dia malah tidak bisa ditanya.”
            Kini mereka sudah berada di depan rumah Taehyung. Taehyung membuka pintu rumahnya. Seperti biasa pintu rumah itu menjerit saat dibuka. Taehyung memasuki rumahnya, Jimin mengikuti. Taehyung heran, kenapa rumahnya gelap? Bukankah dia tadi sudah menyalakan lampu sebelum pergi? Dia juga sudah membayar tagihan listrik kemarin. Apa lampunya rusak? Lalu bagaimana dengan Jisoo? Taehyung melangkahkan kakinya, meraba-raba sekeliling, tapi ia merasa bahwa rumahnya kosong. Tiba-tiba kepala Taehyung pusing. “Jimin-a!” Ia memanggil Jimin tapi tidak ada jawaban. Taehyung lemas. Ia ambruk karena tidak bisa menahan pening di kepalanya. Setelah itu, Taehyung tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.
***
-To be Continued-





           
           
           

           








6 komentar:

  1. Wuih.. debak lorus, jadi penasaran lanjutannya, semangat nulisnya😊

    BalasHapus
  2. Lorus? karena udah meninggalkan jejak gpp deh Lotus maafkan :v makasih!! ditunggu ya kelanjutannya!

    BalasHapus
  3. Uhh... aq fans ratu aq fans ratuu ����
    Keren eonn.. lanjutkan okeee... chapter depan banyakin part ratu okeee....

    Okehh.. sekian dari ane... ane tunggu chap depan.. byehh ��������

    BalasHapus
    Balasan
    1. yalord.. astatank.. ga nyangka ada yang suka sama karakter ratu hara :v padahal awalnya cuma kepikiran buat jadi figuran :v ditunggu aja chapter selanjutnya ye, jangan ngambek kalo part ratunya cuma dikit

      Hapus
  4. Ehh.. ketinggalan satu.. ni fanfic kenapa di akhir agak gaje yahh XD,
    ahjussi thinker bell XD .. bolehlah bolehlah
    Ya sudahlahhh.. yang penting cpet update okeee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harap maklum lah slogannya aja tetap absurd meski diatas lumpur, kalo ga ada absurd-absurdnya ntar dikira ga konsisten :v lagian cocok lah sama castnya bang top yang gaje nya gak ketulungan

      Hapus

 

Lotus Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang