Tidak ada kata yang dapat Lotus ucapkan selain
terima kasih untuk teman-teman yang sudah dengan ikhlas merelakan kuotanya
untuk mengunjungi blog Lotus (kecuali yang modal wifi sama tethering temen).
Makasih juga buat temen-temen yang udah baca FF oneshoot Lotus sebelumnya. Ini
pertama kalinya lotus Post FF sekuel. Fantasi pula. Jadi kalau misalkan Enchories
Stealth ini masih banyak kekurangan, harap dimaklumi dan kasih sarannya ya.
Bukannya Lotus gak bisa bikin FF tapi, karena bikin fantasi itu susah. Kekeke....
Di FF ini ada beberapa kata yang mungkin cuma Lotus dan
Tuhan yang tahu, jadi dari pada kalian pada bingung waktu baca ye kan, Lotus
kasih list artinya aja.
1.
Enchories Stealth =
Negeri dimana orang-orang yang bertempat tinggal disana dapat merubah wujudnya
menjadi hewan, sesuai dengan marganya.
2.
Liontari = Penduduk
Enchories Stealth yang dapat merubah wujudnya menjadi singa ; bangsa yang
berkuasa di Enchories Stealth.
3.
Fidi = Penduduk
Enchories Stealth yang dapat merubah wujudnya menjadi ular ; secara turun
temurun menjadi tabib (dokter).
4.
Geraki = Penduduk
Enchories Stealth yang dapat merubah wujudnya menjadi elang ; ditakdirkan
memiliki postur yang bagus ; semuanya tampan dan cantik ; sebagian besar dari
mereka miskin karena sayap lebar yang tetap dipunggung mereka mengganggu
pekerjaannya.
5.
Lykos = Penduduk
Enchories Stealth yang dapat merubah wujudnya menjadi serigala ; bertugas
menjaga keamanan Enchories Stealth.
6.
Kouneli = Penduduk
Enchories Stealth yang dapat merubah wujudnya menjadi kelinci.
7.
Allagi = merubah
wujud.
Kisah
ini bermula ketika seorang pria miskin dari Seoul, Kim Taehyung, harus pergi ke
Enchories Stealth agar dapat mengobati istrinya yang sekarat, Kim Jisoo.
Dan
Jeha, sesosok Liontari yang menolak untuk dijodohkan dengan Yoongi, Liontari
kasar yang sangat dekat dengan keluarganya.
Ditengah
kisah yang berbeda, keduanya bertemu dan saling terhubung. Sehingga getaran itu
ada. Mempertaruhkan keluarga, persahabatan, dan cinta.
Enchories Stealth
Part 1
(Setiap yang bernafas, memiliki masalah)
Cast
:
Enchories Stealth
Bruukk!!!
Sesosok Liontari
wanita jatuh tersungkur dibawah meja rias. Tetesan air mata mengalir dari
matanya lalu bercampur dengan darah segar yang keluar dari pipi kanannya. Pipi
kirinya merah akibat pukulan dari sesosok Liontari pria yang berdiri
dihadapannya.
“Apa kau bodoh
Jeha-ya?!” wajah Liontari pria itu merah
padam karena emosi.“kurang dari 2 bulan lagi kita akan menikah, kenapa kau
melukai wajahmu sendiri?!” Entah pertanyaan atau makian yang keluar dari
mulutnya.
“Seharusnya aku yang
bertanya, apa kau bodoh Yoongi-ya?!” Jeha kini mendongakan kepalanya menatap
Yoongi. “Tentu saja aku melukai wajahku sendiri karena aku tidak ingin menikah
dengan mu!” Jeha bangkit, bejalan terseok-seok menuju pintu. Membuka pintu
kamarnya dengan keras. Membuat penjaga dan pelayan diluar kamarnya kelabakan.
“Pergilah dari sini sebelum Urrabonni mengetahui pertengkaran kita!” Jeha
tersenyum miris. “Bukankah kau sangat menghormatinya?”
***
Seoul
Malam ini udara sangat
menggigit, membuat seorang pria yang berjalan lesu dengan membawa kantong plastik
kecil itu kedinginan.
Ia menuju rumah mungil dengan pintu kayu yang sudah lapuk. Ia menghisap kuat
rokok yang tinggal setengah, kemudian melemparnya asal.
Krrieett.. pintu kayu
itu menghasilkan suara ketika dibuka oleh pemiliknya karena sudah terlalu
usang. Pemilik rumah itu berjalan menuju pintu lain yang berada didalam rumah. Yang
tidak lain adalah kamar tidur. Karena tidak ada rungan lain di dalam rumah itu
kecuali sebuah kamar tidur, kamar mandi, dan dapur yang
menjadi satu dengan ruang tamu.
Si pemilik menghela nafas melihat istrinya tertidur dengan wajah pucat. Ia
mengeluarkan benda dari dalam kantong plastik yang dipegangnya.
“Chagi-ya, bangunlah!
Aku baru saja membelikanmu obat.” Pria itu meletakkan sebotol obat diatas meja
disamping tempat tidur, lalu keluar, dan beberapa saat kemudian kembali lagi
membawa segelas air.
“chagi-ya, kau tidak
perlu lagi membelikanku obat. Emm.. kau tau, aku hanya tinggal menunggu waktu
untuk pergi. Kau seharusnya menyimpan uangmu saja.” Kata sang istri disela-sela
batuknya.
Pria itu berdecak
kesal. “menyimpan uangku untuk apa? untuk biaya pemakamanmu, ha?”
Sang istri tersenyum.
“ya, mungkin seperti itu.”
Pria itu menghela
nafas panjang. Wajah tampannya yang lesu berubah sendu. Ia duduk ditepi
ranjang, mengelus rambut istrinya. Mengangkat tubuhnya sedikit dan mengatur
bantal untuk dijadikan sandaran istrinya duduk, lalu mendudukkan istrinya. “apa
kau tega meninggalkanku sendiri?”
Istrinya tersenyum.
Tangannya yang lemas berusaha menunjuk kearah meja. “Tadi Jimin kesini. Dia
bilang tidak bisa menghubungimu, jadi dia meninggalkan surat disana.”
Pria itu mengambil
kertas yang dilipat asal dan sama sekali tidak menyerupai surat. Ia membaca
tulisan didalamnya yang lebih mirip dengan cakaran ayam.
Taehyung-a, ada hal penting yang harus ku
bicarakan denganmu. Ini mengenai Jisoo. Aku tunggu kau ditempat kerjaku.
Sebenarnya, Taehyung
ingin beristirahat, tapi melihat bahwa hal yang dibicarakan itu menganai
istrinya, ia segera beranjak pergi.
***
Enchories Stealth
Di
tempat tidur megahnya, Jeha berbaring. Menghela nafas kesal, lalu menyentuh
pipi kanan-nya yang ditutup oleh kasa. “Hoseok-a, kapan kau akan pergi ke
London?”
Sesosok
Fidi muda yang sedang mengemasi peralatan
medis ditepi ranjang Jeha menoleh. “Besok. Whe?”
“Apa
semua Fidi seperti itu? Merasa kurang dengan ilmu tabib yang sudah ditakdirkan
untuknya, sehingga masih harus belajar dari manusia?”
“seperti
itulah laki-laki tuan putri, kami harus berpetulang lebih dulu sebelum dikurung
oleh istri kami. Hahaha..” Gelak tawa renyah keluar dari mulut Hoseok
“Hahaha…
Seperti itulah perempuan. Mereka cenderung mengekang. Hanya aku dan mendiang
Ibuku yang tidak seperti itu.”
“Setidaknya
mendiang Ratu bukan pecinta sesama jenis.”
“Hya!
Apa kau bilang?! aku pecinta sesama jenis?!” Jeha bangkit dari tidurnya dan
melemparkan bantal kearah Hoseok.
“Tuan
Geraki Jungkook berkunjung Tuan Putri…” Suara penjaga terdengar dari luar kamar
Jeha.
“Biarkan
dia masuk!” teriak Jeha dari dalam kamar.
Sesosok
Geraki dengan sayap hitam pekat dibagian atas dan semakin kebawah warnanya semakin
memudar, disertai dengan sedikit warna putih di bagian bawah yang mencuat
dibalik punggungnya yang terbalut kemeja ‘Louis Vuitton’ yang sudah dijahit
ulang khusus untuk Geraki. Sayap yang indah, tapi tidak cukup indah untuk
membandingi wajah tampannya. Sesungguhnya semua Geraki ditakdirkan memiliki
wajah yang tampan dan cantik. Tapi tidak ada yang sesempurna Jungkook. Dia
lahir dengan wajah tampan, tubuh tinggi dan berotot, sayap yang Indah dan
keluarga bangsawan. Yang terakhir adalah yang paling membuat para Geraki pria
iri padanya, juga membuat para Geraki wanita memujanya. Tapi lihatlah, sekarang
Gongshil, sesosok Geraki wanita biasa dengan sayap coklat terang dibagian atas
dan warna hitam-putih-hitam dibagian bawah belajalann mengikuti Jungkook
memasuki kamar Jeha. Dia amat cantik, tapi sama sekali tidak sebanding dengan
Jungkook.
“apa
yang kalian bicarakan? Sepertinya menarik.” Kata Jungkook sambil duduk di sofa
di sudut kamar. Jangan lupakan sayapnya, beberapa pernak pernik mahal yang
terpajang rapi di meja dekat sofa berjatuhan dan mengeluarkan suara berdenting
tanda pernak-pernik mahal tersebut pecah berkeping-keping.
“Hya!
Jungkookie! Hati-hati dengan sayapmu!” teriak Jeha merasa kasihan pada
pernak-pernik mahal itu.
“Hya!
Berapa kali aku katakan! Jangan panggil aku seperti itu! Itu terdengar seperti
panggilan untuk Kouneli, tau!”
“Haha..
Apa salahnya dengan Kouneli? Mereka Imut saat allagi-merubah wujud. Lagi pula gigi depanmu mirip dengan Kouneli.”
Hoseok mengejek Jungkook.
“Hya,
yang dikatakan Hoseok Oppa itu benar.” Suara lembut Gongshil berhasil memecah
tawa mereka, kecuali Jungkook.
“Bertahun-tahun
bersamamu, baru kali ini aku merasa begitu terhina.” Jungkook cemberut dan
menatap Gongshil dengan tatapan yang dibuat-buat sehingga membuat wajah
tampannya terlihat imut. Sedangkan Gongshil hanya bisa membuat dirinya
terpesona pada Jungkook untuk yang ke sekian-ribu kalinya.
“Bagaimana
jika kita pergi kerumah Namjoon? Dia baru dari Seoul kemarin, Pasti dia membeli
banyak daging hewan. Akan menyenangkan jika kita membuat barbeque bersama sebelum Hoseok pergi ke London.” Kata Jeha penuh
semangat.
“Aku
tidak setuju.” Jungkook menggugurkan semangat Jeha.
“Kenapa?
Apa karena kau makan wortel?” Tanya Jeha mengejek. Dan mereka bertiga kembali
tertawa terbahak-bahak.
“Tentu
saja tidak. Tapi, kau seharusnya mengahabiskan lebih banyak waktumu dengan
Yoongi-hyung menjelang hari pernikahan kalian, Nuna. Kau harus belajar berhenti
main-main dengan kami.” Jawaban Jungkook seketika mengubah raut wajah penghuni
kamar Jeha saat itu.
“Iya,
itu benar. Lagi pula aku akan pergi ke suatu tempat setelah ini, Onnie.”
Gongshil menyetujui perkataan Jungkook.
“Ya,
dan aku seharusnya menghabiskan lebih banyak waktuku bersama orang tuaku
sebelum pergi ke London.” Hoseok mengambil tas medis-nya dan bersiap pergi.
“Dan kau Tuan Putri, sudah waktunya kau memperbaiki hubunganmu dengan Yoongi-Hyung.”
“Ya,
terimakasih atas perhatian kalian. Sekarang kalian pergilah.” Jeha
menghembuskan nafas kesal. Sedangkan teman-temannya beranjak pergi
meninggalkannya.
***
Seoul
Taehyung
melangkah cepat menuju bar. Menghisap sekali rokok diantara jari telunjuk dan
tengahnya, lalu menjantuhkan dan menginjaknya
dengan satu kaki saat tepat didepan pintu masuk. Ia berjalan melewati
kerumunan orang yang diantaranya telah kehilangan kesadaran. Matanya tertuju
kearah seorang bartender dengan rambut hitam dan kulit yang tidak begitu putih.
“Junhoe-ya!”
panggilnya pada bartender tersebut setelah menghapirinya.
“Hya!
Kim Taehyung! Mau satu gelas?” Junhoe dengan suara berat yang khas menawarkan
minuman ditangan-nya pada Taehyung.
“Tidak,
aku kesini mencari Jimin.”
“Oh,
dia baru saja berkata mau pulang. Mungkin sekarang masih berganti pakaian. Coba
kau lihat di belakang.”
“Baiklah.
Terimakasih. Semoga malam-mu menyenangkan!” Taehyung berjalan menuju ruang
ganti karyawan bar tersebut.
Taehyung
tiba di ruang ganti dan menemukan Jimin tengah melepas seragam bartendernya.
Memperlihatka abs yang akan membuat wanita manapun tergoda, apalagi dengan
wajahnya yang tidak bisa dikategorikan pas-pas-an. Sayangnya, Taehyung yang
melihat abs itu, jadi dapat dipastikan tidak akan ada adegan erotis disini.
“Jimin-a!”
Taehyung memanggil Jimin yang
belum menyadari keberadaan-nya.
Jimin
tersenyum kearah Taehyung sambil mengenakan kaos hitam longgar yang kemudian
menutupi abs indahnya. “Kau sudah datang Tae.” Ia mengambil sebuah buku usang
dari loker lalu melemparkannya kepada Taehyung.
“Apa
ini?” Taehyung menatap penasaran buku dengan sampul hitam yang sudah terkoyak
itu.
“Baca
buku itu baik-baik. Ada petunjuk untuk mengobati Jisoo pada buku itu. Siapa
tahu cara itu bisa berhasil.” Kata Jimin sambil melipat asal seragam
bartendernya lalu menjejalkannya ke loker.
“Ini
terdengar aneh. Tapi terimakasih.” Taehyung tersenyum bangga memiliki teman
seperti Jimin. “Ngomong-ngomong, apa kau punya rokok?”
Jimin
mengeluarkan dua batang rokok dari saku celananya. “Kau tau, aku hanya
memberikan ini untukmu.” Kata Jimin sambil menyerahkan-nya kepada Taehyung.
Taehyung
kembali tersenyum menerima dua batang rokok dari sahabatnya. “Gumawo,
Jiminie..” Taehyung tersenyum jahil lalu berbalik meninggalkan Jimin.
***
Enchories Stealth
Jeha menatap bintang-bintang di
langit Enchories Stealth dari balik jendela kamarnya. Perlahan Jeha menaiki
jendela itu. Satu kakinya menggantung, meraba-raba pijakan.
Braakk!!! Tiba-tiba pintu kamar Jeha
terbuka tanpa aba-aba dari penjaga seperti biasanya. Sontak Jeha menoleh. Ia
menemukan sesosok Liontari cantik, berwibawa dengan gaun anggun-nya, dan
terlihat terlalu muda untuk menyandang gelar Ratu di depan namanya -Hara. Sang Ratu berjalan memasuki
kamar Jeha di-ikuti beberapa pelayan-nya. Tapi, tunggu, ada sesosok Geraki yang
sangat Jeha kenal di belakang Ratu Hara. Gongshil.
Jeha menghampiri Ratu dan membungkuk
memberi hormat. Tapi tangan kiri Ratu mencegahnya dengan mendongakkan dagu Jeha.
Perlahan tangan kanan-nya mengelus pipi Jeha yang terbalut kasa. Mengelusnya
pelahan dari bawah keatas kemudian turuh kebawah lagi. Elusan yang terlihat
lembut dan tulus.
Plaakk!! Tamparan keras mendarat di
pipi Jeha yang terluka. Ia meringis menahan nyeri pada lukanya. Ia merasa
darahnya keluar dan meresap pada kasa.
“Apa kau pikir ini lucu?! Apa kau
pikir pernikahanmu itu lelucon?!” Jeha hanya tertunduk mendegar makian yang
ditujukan untuknya. “Sudah berapa kali kubilang, jangan berulah! Apa gunanya Putri
jika hanya bisa menyusahkan Raja?!” Tidak ada sesosok pun yang pernah memaki
Jeha di Enchories Stealth ini kecuali
Hoseok, Jungkook, Namjoon dan Kakak ipar-nya. Ia akan membalas makian yang
dilontakan kepadanya. Tapi untuk kakak ipar yang dihadapan-nya saat ini, pengecualian.
Ia hanya terdiam menerima makian darinya. “Segeralah menikah dengan Yoongi!
Biarkan dia
mengurusmu! Dan jangan menyusahkan Urrabonni-mu lagi!”
Ratu berbalik. Pelayan-pelayan-nya
menepi memberi jalan. Ratu melangkah pergi. Semua pengikut Ratu mengikuti
langkahnya, kecuali Gongshil. Ia sengaja membiarkan dirinya tertinggal oleh
rombongan Ratu.
“Sekarang aku mengerti, kenapa
Geraki rendahan sepertimu akhir-akhir ini sering berada di Istana.” Ucap Jeha
sinis kepada Gongshil. “Berapa bayaran yang diberikan Ratu untuk memata-matai
sahabatmu sendiri? Apa semua yang diberikan Jungkook padamu dan keluargamu
masih kurang?”
“Maaf Tuan Putri, tapi ini bukan
tentangku yang berhianat. Tapi tentangmu yang seharusnya tidak banyak berulah.
Patuhi saja apa yang sudah menjadi takdirmu. Itu yang terbaik untukmu.”
Gongshil memberi hormat, lalu melangkah pergi.
***
Seoul
Taehyung melekatakkan Handphone-nya
didepan telinga. Satu tangannya lagi mengucek matanya yang merah karena semalam
tidak tidur untuk memebaca buku pemberian Jimin. Ia berjalan menuju sofa jelek
yang sudah jebol disana-sini, lalu menghempaskan tubuhnya pada sofa jelek itu.
“Hmm.. Moya?” Suara Jimin terdengar
dari ujung telepon.
“Hya! Park Jimin! Apa kau sudah
gila! Apa itu, Negeri Manusia Setengah Hewan?! Apa kau benar-benar bepikir
bahwa aku harus mencari sayap Manusia Setengah Elang untuk mengobati Jisoo?! Aku
hampir frustasi karena penyakit Jisoo, lalu kau menghiburku dengan memberi buku
fiksi, begitu?” Taehyung memaki sahabatnya. Ia merasa sahabatnya sudah mulai
tidak waras.
“Tenanglah dulu, apa kau tahu yang
memberikan buku itu siapa?” Suara Jimin tenang seoalah mencari sayap Manusia
Setengah Elang adalah hal yang wajar. “Ajhussi pelanggan bar-ku yang misterius
yang memberikannya. Ini terdengar aneh tapi, kata-kata Ajhussi itu sangat
meyakinkan. Tidak ada salahnya untukmu mencoba.”
“Iya, dan mungkin jika aku
benar-benar tiba di negeri Manusia Setengah Hewan itu, aku akan langsung
diterkam oleh Manusia Setengah Serigala. Dan aku tidak akan pernah bertemu
Jisoo lagi.” Taehyung terkekeh. Merasa bahwa itu hanya lelucon bodoh.
“Haha.. tapi meskipun jika kau tidak
pergi kesana dan tetap hidup, kurasa kau juga tidak akan bersama dengan Jisoo
lebih lama lagi.” Terdengar tawa miris Jimin dari ujung telepon.
“Apa kau bilang?! Apa kau pikir
Jisoo akan mati?!” Taehyung tahu jika istrinya sudah seperti tidak akan hidup
lebih lama lagi. Tapi, Taehyung kesal kata-kata itu keluar dari mulut Jimin.
“Apa kau merasa Jisoo akan baik-baik
saja dengan keadaan-nya yang seperti itu?! Ketika kau hanya mampu membelikannya
obat warung disaat kau memiliki sedikit uang?!” Suara Jimin terdengar tidak
kalah kesal dibanding Taehyung. “Kau tahu, aku juga sangat mengharapkan
kesembuhan Jisoo. Apa harus aku yang pergi ke Negeri Manusia Setengah Hewan
itu?!”
Taehyung memutus sambungan telepon.
Ia melemparkan Hanphone-nya hingga tergeletak di sudut sofa. Ia menarik nafas
dalam, menghembuskan-nya dengan kasar, lalu menutup matanya sekejap, dan
membukanya lagi. Satu tangan-nya meraih buku usang yang dibicarakan dengan
Jimin dari meja. Jari-jarinya membuka halaman yang ia lipat semalam. Dan ia
membaca ulang halaman itu.
Manusia
Setengah Elang membentangkan sayap. Dengan setumpuk benda-benda ditangan. Ia
terbang melintas langit biru. Mengantar setumpuk benda-benda untuk mendapat
upah. Hanya itu yang dapat ia lakukan.
Sedangkan
yang lain memilih berwujud manusia. Manusia setengah Elang tidak memiliki
pilihan. Ia akan tetap bersama sayapnya dalam wujud apapun. Menjadikan ia tak
dapat sekedar berkunjung ke Negeri Manusia.
Sayap
adalah kelemahan mereka? Tidak. Selama sayap masih menempel pada tubuh, mereka
dapat melihat, mendengar, mengetahui, apapun yang mereka ingin. Hanya dengan menutup
mata, mereka melihat semua. Kecuali makhluk dengan bulu elang melekat
ditubuhnya.
Bagaimana
dengan sayap yang terlepas dari pemiliknya? Masih tetap memiliki kekuatan.
Kekuatan menyembuhkan apapun bagi siapapun. Berbeda dengan Manusia Setengah
Ular yang hanya tabib handal bagi bangsanya. Sayap ini Menyembuhkan Manusia,
Tumbuhan, Hewan, Bahkan pemiliknya sendiri.
Taehyung melipat lagi
halaman itu dan menutupnya. Tangannya meraih Handphone yang berada di sudut
sofa, menyentuh layar beberapa kali, kemudian meletakkannya didepan telinga.
Baru sekali nada sambung terdengar, tapi orang yang dihubungi sudah menjawab.
“Kenapa lagi, Tae?” Suara Jimin
kembali terdengar diujung telepon.
“Bagaimana cara untuk pergi ke
Negeri Setengah Manusia itu Jim?”
Suara Jimin tidak terdengar beberapa
saat. Taehyung tidak dapat melihat wajahnya, tapi dapat dipastikan Jimin sedang
tersenyum di ujung telepon. “Sebenarnya aku juga tidak tahu Tae, tapi kau bisa
datang ke tempat kerjaku nanti malam, mungkin Ajhussi misterius itu akan datang
lagi.”
“Baiklah.” Taehyung mematikan
sambungan telepon. Merebahkan tubuhnya di sofa. “Terima kasih Jim.” Katanya
pada bayang-bayang.
Ia memejamkan mata dan terlelap.
***
Enchories Stealth
Tiga sosok Lykos
wanita duduk di sofa hitam
besar, di ruangan dengan semburat cahaya menembus temboknya. Dua diantaranya
masih belia, dengan majalah fashion dimasing-masing tangan mereka. Satu lainnya
setengah baya, merajut syal coklat. Di sisi lain ruangan, tiga sosok Lykos pria
muda mengangkat barbel. Dua sosok Lykos yang terlihat sedikit lebih muda
bermain catur di tengah ruangan. Sesosok Lykos pria setengah baya duduk santai
sambil membaca surat kabar harian. Sesosok Lykos muda disampingnya membuka
kulkas. Mereka melakukan kegiatan masing-masing tanpa kesulitan diruangan yang
tidak cukup luas, dan minim penerangan ini.
“Aboji, aku harus mengambil berapa
bungkus daging?” Sesosok Lykos di depan kulkas bertanya.
“Seperti biasanya saja, Namjoon.”
Jawab Lykos paruh baya disampingnya, tetap terpaku pada surat kabar harian
ditangannya.
Namjoon mengambil empat bungkus
daging dari kulkas. “Jeha tidak datang hari ini, apa aku perlu mengurangi nya,
Aboji?”
“Euh,” Jawab ayah Namjoon tidak
begitu perduli.
Namjoon meletakkan kembali satu
bungkus daging ke kulkas. Terdiam beberapa saat, “aku harus mengurangi satu
bungkus atau dua bungkus, Aboji?”
Ayah
Namjoon menghela nafas setelah untuk kesekian kalinya menyadari bahwa anak
ke-empatnya ini tidak begitu pintar.
***
Jungkook dan Gongsil sibuk
menyiapkan peralatan barbeque. Mereka
tengah berdiri di sebuah halaman kecil, halaman dengan beberapa pohon besar
berjajar di kanan dan kirinya. Didepannya terdapat jalan utama yang hampir
tidak terlihat karena terhalang oleh ranting-ranting pohon. Dibelakangnya
terdapat semak-semak rimbun berbentuk setengah lingkaran dan sebuah sofa hitam,
sebuah meja kayu, juga beberapa kursi kayu. Siang ini matahari bersinar terik,
tapi hanya beberapa cercah cahaya saja yang berhasil menerobos celah pepohonan.
Sehingga udara dingin tetap meyelimuti Distrik 2.
Bagian semak-semak rimbun bergerak
layaknya pintu yang terbuka. Namjoon keluar dari semak-semak rimbun itu membawa
tiga kantong daging. “Hanya mengambil daging saja kenapa kau lama sekali,
Hyung?” Tanya Jungkook pada Namjoon.
“Aku tadi bingung harus mengambil
berapa kantong daging. Aku mengambil 3 kantong, apa itu benar Kook?” Namjoon
berjalan menghampiri Jungkook dan Gongshil.
“Sepertinya itu terlalu banyak, Oppa.
Hoseok Oppa kan juga tidak ikut.” Gongshil menjawab pertanyaan Namjoon lalu
beralih menuju meja kayu yang disana sudah terdapat beberapa bahan-bahan barbeque lain.
“Apa perlu aku kembalikan satu
kantong lagi?” Namjoon kembali bertanya.
“Boleh aku ikut dengan kalian?” Pertenyaan
Namjoon terpotong oleh suara sesosok yang datang dari jalan utama, ia mendekat,
menyibak ranting pepohonan yang menghalangi jalannya. Ia Yoongi.
“Yoongi-Hyung! Tentu saja boleh.
Kemarilah!” Jungkook menjawab dengan sumringah sambil membuka kantong daging
yang tadi dibawa Namjoon, lalu mengolesinya dengan bumbu.
“Sebenarnya akan sedikit canggung
jika kau bergabung dengan kami, Hyung. Tapi tak apa, kami sungkan untuk
menolakmu.” Namjoon meletakkan beberapa daging yang telah dolesi bumbu oleh
Jungkook diatas panggangan, lalu mengipasinya.
“Pesta barbeque di siang hari, sepertinya bukan ide yang buruk jika
dilalukan di Distrik 2.” Kata Yoongi,
seolah tidak mendengar perkataan Namjoon. “Kenapa kalian hanya
bertiga? Kemana Hoseok dan Jeha?”
“Hoseok sudah berangkat sejak pagi
buta tadi.” Namjoon menjawab sambil terus mengipas daging di panggangan.
Menyebabkan sedikit asap putih beterbangan di udara.
“Oh, ya. Aku lupa jika Hoseok
berangkat ke London hari ini. Lalu, Jeha?” Yoongi berjalan menuju sofa, lalu
merebahkan tubuh diatasnya.
“Kami sengaja meninggalkan Jeha agar
bisa menghabiskan waktu bersamamu, Oppa. Tapi kau malah pergi kesini.” Kata Gongshil sambil membungkus
kentang dan sayuran dengam alumunium foil.
“Hahh.. kalian terlalu pengertian.”
Yoongi berdecak, lalu memiringkan tubuhnya. “Apa daging panggangmu itu sudah
bisa dimakan Joon? Aku lapar.”
“Ini baru saja dipanggang,Hyung.”
Namjoon membalik daging dengan alat penjepit. “Aku akan bernyanyi kalau begitu,
agar kau tidak bosan menunggu.” Namjoon mengambil nafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya. “Bogo shipda, bogo shipda.. bogo sipda, bogo shipda ia
iaaa..” Jujur saja, aku bahkan bingung harus bagaimana mendeskripsikan suara
Namjoon. Suara Namjoon yang parah sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan
kata-kata.
"Suaramu bagus Joon, tapi lebih
bagus jika kau tidak usah bernyanyi lagi. Selamanya." Yonggi bangun untuk mengambil
sebuah tomat dari meja, berbaring lagi, lalu menggigitnya.
“Kekeke.. Aku tahu Hyung, jika
suaraku tidak bagus saat bernyanyi. Tapi suaraku akan lebih bagus jika
menggonggong dan meraung. Mau mendengarnya?” Namjoon meletakkan kipas dan alat
penjepit disamping panggangan. Lalu kakinya sedikit ditekuk, sedikit
membungkukkan badan, dan membuka sedikit lengannya, bersiap untuk allagi.
Yonggi sontak terbangun “Hya, Hya,
Hya, ani, kau tidak perlu menunjukkan-nya Joon. Aku sudah percaya jika suaramu
sangat bagus.”
***
Seoul
Taehyung duduk depan meja bar.
Sedangkan orang dikanan dan kirin-nya meneguk minuman, Taehyung hanya memainkan
Handphone. Berjam-jam Taehyung duduk disana. Tapi yang ditunggunya tidak
kunjung datang. Jimin mendekati taehyung dari balik meja bar. “apa kau yakin
Ajhussi itu akan datang. Jim?” Taehyung mulai putus asa menunggu Ajhussi
misterius.
“Entahlah.” Jiminpun merasakan hal
yang sama.
Waktu terus berlalu, orang yang tadi
berda di kanan dan kiri Taehyung sudah pergi entah kemana. Tapi Taehyung tetap
setia di tempatnya. Sedangkan Jimin mondar-mandir dibalik meja bar melayani
pelanggan.
Seseorang menepuk pundak Taehyung. Taehyung memutar kursi
bar yang ia duduki agar dapat melihat orang itu. “Hei! Apa kau menunggu ku?”
Bibir tipis orang itu menyunggingkan senyum. Dia sama sekali tidak seperti
Ajhussi. Memang ada sedikit keriput di dahinya.Tapi melihat tubuh tinggi tegapnya
yang dibalut Tuxedo, para gadis pasti akan memanggilnya ‘Oppa’.
“Emm.. mungkin.” Taehyung heran
keanapa Jimin memanggilnya Ajhussi misterius. Kenapa Jimin tidak memanggilnya
Hyung gila saja? Lihatlah, sekarang dia mengangkat tangan dan
melompat-lompat di depan Taehyung. Dan
yang paling gila, kenapa ia memakai kaca mata hitam? Apa bar ini masih kurang
gelap baginya?
“Ei! Ei! Ei! Ei! Ei!! Bang!
Bang! Bang!!”
Kurang puas dengan mengangkat tangan dan melompat-lompat, Hyung gila itu
mengeluarkan suara-suara aneh dari mulut tipisnya.
“Ajhussi! Kau sudah datang?!” Jimin
menyapa Hyung gila.
“Hei! Chim Chim!” Si Hyung gila
berhenti melakukan kegiatan konyolnya, lalu duduk disamping Taehyung. “Beri aku
satu gelas seperti biasa!”
“Baiklah!” Jawab Jimin antusias.
Hyung gila menoleh kearah Taehyung.
“Apa aku perlu mentraktirmu juga?” Tehyung membuka mulutnya. Belum sempat
Taehyung menjawab, tapi Hyung gila sudah memotongnya. “Ah, tidak perlu. Kau
tidak minum karena istrimu benci bau alkohol.”
Taehyung mengerutkan dahi. Bagaimana
Hyung gila bisa tahu?
“Jangan panggil aku Hyung gila. Aku
ini sudah tua. Kau jangan iri pada ku, aku memang ditakdirkan tampan, mungkin
aku tidak akan menua sampai akhir hayat ku. Kekeke...” Hyung gila, bukan,
Ajussi gila itu terkekeh. “Apa kau berfikir aku gila karena memakai kaca mata
hitam di bar?” Tehyung tanpa sadar mengangguk. “mau lihat mataku?” Ajhussi itu
mendekatkan wajahnya pada Taehyung. Membuka perlahan kacamata hitamnya.
Taehyung tersentak. Kornea orang itu
hanya berbentuk titik hitam. Selebihnya hanya warna putih dan otot kemerahan
yang menonjol di bola matanya. Ajhussi misterius itu menjauhkan wajahnya dari
Taehyung dan memakai kembali kacamatanya.
Jimin memberikan segelas minuman
untuk Ajusshi. “Ajhussi, Taehyung ingin pergi ke Negeri Manusia Setengah Hewan
itu. Bagaimana caranya?”
“Apa kau yakin sudah memberi tahu
dia semuanya? Kau tahu kan, aku tidak akan mengulang informasi yang sudah ku
sampaikan.” Ajhussi misterius meneguk minuman yang diberikan Jimin.
“Tentu saja sudah, Ajhussi.” Jawab
Jimin yakin.
Ajhussi merogoh saku dari balik
Tuxedo-nya. Ia mengeluarkan sebuah botol kaca kecil dengan bubuk ke-emasan
didalamnya. Membuka botol kecil itu dan menuangkan sedikit isinya di telapak
tangan. Tanpa aba-aba ia melempar bubuk itu kewajah Taehyung. Membuat Taehyung
terbatuk-batuk dan mengucek matanya. Ia menutup kembali botol kecil itu.
Meletakkannya diatas meja bar.
“Apa ini Ajhussi?” Tanya Taehyung
setelah berhenti dari batuknya.
“Apa kau tidak pernah menonton
‘Thinker Bell’? Ini Bubuk Pixie! Hyaaa!” Ajhussi misterius bertepuk tangan ria dan membuka sumringah mulut tipisnya.
“Aku lebih suka Doraemon daripada
Thinker Bell.” Taehyung menjawab asal.
“Ah, kau suka yang berbau Jepang? Hanya
satu yang ku idolakan dari Jepang. Maria Ozawa.” Ajhussi misterius terkekeh
lalu meminum lagi minumannya yang tinggal setengah.
“Kalau yang itu idola semua lelaki.”
Sahutan Jimin membuat mereka bertiga menggelak tawa masing-masing.
***
Taehyung dan Jimin berjalan
beriringan menuju rumah Taehyung. Udara malam ini cukup dingin tapi tidak
sedingin kemarin, jadi Taehyung tidak perlu rokok untuk menghangatkan tubuhnya.
Sedangkan Jimin, ia sudah tidak punya uang lagi untuk beli rokok. Apa lagi,
Jimin harus membelikan Taehyung juga. Dan sekarang beginilah mereka, berjalan
dengan memasukkan tangan di jaket masing-masing dan sesekali menggigil saat
angin berhembus.
“Aku pikir Ajhussi itu hanya orang
gila, Jim.” Kata Taehyung dengam mata yang tetap fokus kedepan.
“Tidak, ku pikir tidak Tae.”
Jimin-pun berkata sambil melakukan hal yang sama.
“Kau pikir begitu? Tapi tidak
terjadi apa-apa setelah ia melemparkan bubuk ini padaku. Ku pikir aku akan
menghilang setelah itu.” Taehyung mengeluarkan tangan dari sakunya bersama
dengan botol kecil yang diberikan Ajhussi misterius.
“Apa kau benar-benar tidak pernah
melihat Thinker Bell?” Kini Jimin menoleh pada Taehyung. “Bubuk Pixie di Thinker
Bell bisa membuat peri terbang. Jadi bubuk pemberian Ajhussi pasti juga bisa
membuatmu pergi ke Negeri Manusia Setengah Hewan.”
“Tapi tidak terjadi apa-apa padaku,
Jim.” Tahyung mempercepat langkah kakinya.
Jimin juga mempercepat langkah
kakinya mengikuti Taehyung. “Peri harus mengangkat kakinya agar bisa terbang
Tae, jadi mungkin ada seseuatu yang harus kau lakukan untuk bisa pergi ke
Negeri itu.”
“Kau benar. Tapi apa?”
“Entahlah. Dia sudah mabuk setelah
membicarakan Maria Ozawa. Biasanya orang akan berkata jujur saat mabuk, tapi
dia malah tidak bisa ditanya.”
Kini mereka sudah berada di depan
rumah Taehyung. Taehyung membuka pintu rumahnya. Seperti biasa pintu rumah itu
menjerit saat dibuka. Taehyung memasuki rumahnya, Jimin mengikuti. Taehyung
heran, kenapa rumahnya gelap? Bukankah dia tadi sudah menyalakan lampu sebelum
pergi? Dia juga sudah membayar tagihan listrik kemarin. Apa lampunya rusak?
Lalu bagaimana dengan Jisoo? Taehyung melangkahkan kakinya, meraba-raba
sekeliling, tapi ia merasa bahwa rumahnya kosong. Tiba-tiba kepala Taehyung
pusing. “Jimin-a!” Ia memanggil Jimin tapi tidak ada jawaban. Taehyung lemas.
Ia ambruk karena tidak bisa menahan pening di kepalanya. Setelah itu, Taehyung
tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.
***
-To
be Continued-
Wuih.. debak lorus, jadi penasaran lanjutannya, semangat nulisnya😊
BalasHapusLorus? karena udah meninggalkan jejak gpp deh Lotus maafkan :v makasih!! ditunggu ya kelanjutannya!
BalasHapusUhh... aq fans ratu aq fans ratuu ����
BalasHapusKeren eonn.. lanjutkan okeee... chapter depan banyakin part ratu okeee....
Okehh.. sekian dari ane... ane tunggu chap depan.. byehh ��������
yalord.. astatank.. ga nyangka ada yang suka sama karakter ratu hara :v padahal awalnya cuma kepikiran buat jadi figuran :v ditunggu aja chapter selanjutnya ye, jangan ngambek kalo part ratunya cuma dikit
HapusEhh.. ketinggalan satu.. ni fanfic kenapa di akhir agak gaje yahh XD,
BalasHapusahjussi thinker bell XD .. bolehlah bolehlah
Ya sudahlahhh.. yang penting cpet update okeee
Harap maklum lah slogannya aja tetap absurd meski diatas lumpur, kalo ga ada absurd-absurdnya ntar dikira ga konsisten :v lagian cocok lah sama castnya bang top yang gaje nya gak ketulungan
Hapus